Pengikut

Senin, 30 November 2009

Catatanku di Papan tinggi Barus


Pagi yang indah untuk memulai perjuangan menapaki jejak-jejak Barus nan penuh makna sejarah,aku sendiri merasa rindu untuk menghempaskan langkahku didesa ini, walau sibolga yang merupakan tanah kelahiranku hanya memakan waktu dua jam-an lebih menuju Barus. 

Hari ini adalah hari aku kembali singgah didesa ini, setelah lama tak pernah berkunjung. Hanya saja kali ini berbeda karena aku datang bersama anak-anak teropong (k'wia,tian,rika, dan bayu(bani-wahyu)

Aku dan rekan-rekan pembawa bendera TEROPONG telah siap untuk menghadapi tantangan hari ini, dua buah betor yang sudah menunggu kami dihalaman juga kelihatan siap untuk menemani perjalanan kami, cuaca juga cukup bersahabat kelihatannya, maka jadilah kami bersatu dalam satu misi EKSPLORASI BUDAYA, persinggahan pertama makam Tuan Ibrahim Syah, terletak di simpang tiga bukit, makam ini adalah salah satu dari makam 44 aulia yang ada di Barus,nisannya sudah tak terbaca lagi, selanjutnya Tuan Mahdun , makam mahligai (syekh rukunuddin), dan papan tinggi.

Makam yg paling mencengangkan ku adalah makam papan tinggi
Makam papan tinggi adalah salah satu dari banyaknya bukti peninggalan sejarah masuknya Islam di Indonesia, makam yang berlokasi didesa Pananggahan kecamatan Barus ini terdapat makam Syekh Makhmud Saleh salah seorang dari 44 Aulia yang ada di Barus, yamg mana dahulunya makam ini adalah tempat dimana orang-orang dulu mengambil papan,

Makam ini cukup unik dan menyimpan nilai-nilai historis yang cukup tinggi, serta dianggap keramat oleh masyarakat sekitar, hal itu dapat dilihat dari ukuran makam Syekh Mahmud yang cukup panjang yakni sekitar sembilan meter, batu nisannya masih asli dan berasal dari Arab, memiliki ukuran yang sangat besar dan tinggi, sehingga jauh berbeda dengan makam-makam yang ada sekarang, di sekitar pemakaman tepatnya di bagian bawah arah kaki nisan terdapat semacam tempat menyimpan air yang dahulunya adalah sebuah guci (tempayan) dan seiring waktu akhirnya guci itu rusak, hingga akhirnya terbuang dan oleh salah seorang putra Barus berinisiatif mengganti guci tersebut, uniknya air yang ada didalamnya tak pernah kering, walau musim kemarau dan terus-menerus diambil oleh warga ataupun pengunjung yang datang ke lokasi makam, diyakini air tersebut dianggap keramat dan memiliki manfaat yang cukup besar, hal yang cukup lebih mencengangkan adalah keberadaan makam yang sangat jauh dari pemukiman penduduk yakni sekitar 200 m diatas permukaan laut, sehinggga sejauh mata memandang dari lokasi pemakaman dapat terlihat panorama yang cukup indah, bukit-bukit disekitarnya, laut serta pulau- pulau yang mengelilinginya

Nah...Jika ingin menuju ke makam tersebut harus menaiki sekitar 800-an anak tangga, bisa dibayangkan bagaimana yg kami rasakan saat itu?

" Luar biasa!"

Lokasi serta karakteristik dan kesucian makam tersebut sangat mempengaruhi minat masyarakat serta pengunjung yang datang bukan hanya dari daerah itu sendiri tapi juga dari luar daerah bahkan mancanegara, lokasinya yang cukup tinggi di atas permukaan laut ternyata tidak mengurungkan niat para pengunjung untuk mendatangi makam ini,kebanyakan pengunjung yang datang untuk berziarah namun tidak sedikit pula yang datang untuk memohon hajat dan meminta doa. 

Posisinya yang jauh dari atas permukaan laut membuat kebanyakan pengunjung mempersiapkan banyak bekal air minum selama menaiki anak tangga makam ini, namun apabila telah sampai diatas puncak makam, rasa letih serta keringat yang bercucuran selama menaiki anak tangga akan terbayar dengan kepuasan yang tak ternilai.