Segala pengorbananmu tak akan pernah mampu untuk kuganti
dengan apapun...
Umak ambo yang selalu menelfon hampir empat kali dalam
sehari...
Umak ambo yang selalu cemas memikirkanku jika kepala ini
kembali membuat ulah
Umak ambo yang selalu memicu semangatku untuk tidak putus
asa walau seberat apapun masalah
Umak
ambo yang selalu mengajarkanku untuk selalu bersyukur atas nikmat kesehatan
yang kembali kureguk
Umak
ambo yang selalu menerima kegagalanku dan menyimpan kekecewaannya dari pelupuk
mataku
“Terimakasih
Mak"
Wajahmu
adalah semangatku
Tanganmu
adalah penolongku
Bahumu
adalah sandaranku
Karena
dirimu Mak...
Diri
ini tetap bertahan untuk berdiri kokoh ditengah kegilaan dunia yang berulangkali
mencoba merobohkanku”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPEHdVuWPuK3ohbwFD1DuUfNT9Z6ZPrEhOQvfIy9AU1MnvqDYR_jUL3y54RLuGKdKPaDnDgMWkvEBiHLXi9Ehr7tR-Q1SOwD3AiqhPw11-d3dDY5h8AK5GtMo6FSnO_CuD8uAswup5Xt8/s200/ibu.jpg)
”Ambo Sayang Umak”
(Umak ambo’ dibaca: Ibuku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar